Ilustrasi/keaslian di Taman Nasional Kayan Mentarang. HO
TITIKNOL.ID, TANJUNG SELOR – Provinsi ke-34 di Tanah Air, Kalimantan Utara (Kaltara), membidik pendapatan asli daerah (PAD) dari perdagangan emisi karbon atau carbon trade.
Kaltara punya potensi besar di sektor hijau ini dengan kekayaan sumber daya alam hutan tropis dan hutan primer yang subur dan lebat.
Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang mengatakan potensi hutan di Kaltara yang sejauh ini mengurangi emisi karbondioksida dunia adalah Taman Nasional Kayan Mentarang.
“Kita memiliki Taman Nasional Kayan Mentarang yang menjadi sebuah anugerah luar biasa dari Allah,” ujar Zainal A Paliwang, Jumat (10/2/2023).
Taman Nasional Yana Mentrang atau TNKM memiliki kawasan hutan terbesar dan terluas yang masih tersisa di Pulau Borneo. Dengan luas lahan sekitar 1,35 juta hektar telah membentang di Kalimantan Utara.
Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 200-2.500 meter di atas permukaan laut yang mencakup lembah-lembah dataran rendah, dataran tinggi pegunungan, serta pegunungan terjal.
Hutan Kayan Mentarang memiliki 500 jenis anggrek dan 25 jenis rotan. Juga telah ditemukan 277 jenis burung, 19 endemik dan 12 jenis burung yang hampir punah. Yang paling digemari pengunjung adalah melihat 7 jenis Enggang, Kuau Raja, Sempidan Kalimantan dan jenis-jenis Raja Udang.
Di hutan ini, juga ditemukan benteng, beruang madu, trenggiling, macan dahan, landak dan rusa sambar. Berbagai jenis satwa tersebut sudah dilindungi oleh petugas TNKM.
“Perdagangan karbon tentu akan memberikan sumbangsih yang besar bagi pendapatan asli daerah (PAD) sesuai kapasitas kewenangan pemprov. Selain itu, sejauh ini anugerah besar dari Allah SWT untuk Kaltara itu mampu membantu masyarakat dunia menghirup udara segar dan mengurai polusi,” kata dia.
Gubernur meminta instansi terkait membahas lebih lanjut perdagangan karbon ini dengan pemerintah pusat bersama kelompok profesional dan kompeten.
Ia bersama jajaran sejatinya telah bertemu perusahaan penyedia solusi kecerdasan lingkungan dan pertumbuhan berkelanjutan global bernama Laconic Infrastructure Partners Inc di Tanjung Selor, Jumat (10/2/2023).
Perusahaan ini melakukan pengumpulan data, analitik, dan teknologi geospasial untuk membantu organisasi dan pemerintah membuat keputusan yang berwawasan lingkungan seputar masalah strategis ekologi, ekonomi, dan keamanan yang membantu meminimalkan dampak negatif terhadap bumi.
Di Indonesia, Laconic telah menandatangani kontrak sepuluh tahun senilai $357 Juta USD dengan Perusda Bali, sebuah BUMD Bali, untuk menyediakan layanan Kecerdasan Lingkungan, Monetisasi Modal Alam, dan Ekokultur Regeneratif yang komprehensif di seluruh pulau Bali. (voi/red)