TITIKNOL.ID, BALIKPAPAN – Plaza Balikpapan menjadi panggung meriah bagi para musisi dan pelaku UMKM lokal dalam gelaran event “Pasar Pagi Mulia: Piknik di Pesisir” yang berlangsung mulai 1 hingga 5 Oktober 2025.
Acara yang digagas oleh Domain Radio dan Universitas Mulia Balikpapan ini sukses menghadirkan perpaduan menarik antara sajian kuliner kekinian dan penampilan musik dari musisi lokal Balikpapan dan Samarinda.
Sejumlah band dan solois tampil memeriahkan acara, di antaranya Paw’s Letter, Leonora, The Bani, Here To Stay, Renaldy Rizky, Justicia, Mara, Daffa and The Kuncoros, Gaharu, hingga Murphy Radio.
“Jarang ada acara seperti ini. Kita bisa coba makanan khas Samarinda dan dengerin musisi lokalnya tanpa harus jauh-jauh ke sana,” ujar Debby, salah satu pengunjung, Minggu (5/10/2025).
Acara ini menghadirkan 30 tenant kuliner dan produk kreatif serta 10 musisi lokal, menjadi magnet hiburan bagi pengunjung mall dari berbagai kalangan.
Salah satu inisiator acara, Safira, menjelaskan bahwa konsep festival ini terinspirasi dari kegiatan rutin “Pasar Pagi Mulia” yang biasanya digelar di lingkungan kampus Universitas Mulia.
“Kami ingin menciptakan ruang untuk menampung karya teman-teman musisi lokal. Banyak yang punya karya bagus, tapi belum punya panggung. Nah, acara ini jadi wadah mereka,” ujarnya.
Menurut Safira, membawa event ini keluar dari kampus dan memadukannya dengan nuansa pesisir khas Plaza Balikpapan memberikan suasana baru yang lebih terbuka dan ramah untuk semua kalangan.
“Mulai dari keluarga, anak muda, hingga pekerja yang butuh healing setelah kerja bisa menikmati acara ini,” tambahnya.
Sementara itu, inisiator lainnya, Erza, menekankan pentingnya kolaborasi antara kampus dan komunitas kreatif lokal.
“Kami ingin menunjukkan bahwa anak muda dan kampus di Balikpapan bisa membuat event yang berkualitas, menarik, dan tetap mengangkat budaya lokal,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa konsep “Piknik” akan terus dikembangkan di edisi berikutnya.
“Sekarang temanya ‘Piknik di Pesisir’, mungkin ke depan ada ‘Piknik di Gunung’ atau ‘Piknik di Kota’. Yang penting semangatnya tetap: jadi ruang bagi karya lokal,” pungkasnya. (*)












