Nasional

Bukan Lulusan IT, Diduga Hacker Bjorka Anak SMK Jurusan Tata Boga dari Manado

32
×

Bukan Lulusan IT, Diduga Hacker Bjorka Anak SMK Jurusan Tata Boga dari Manado

Sebarkan artikel ini
Wahyu ditangkap oleh tim Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya pada akhir September 2025 di sebuah rumah di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa. Setelah ditangkap, ia langsung dibawa ke Jakarta dan diperkenalkan ke publik oleh pihak kepolisian.

TITIKNOL.ID, MANADO – Sosok di balik nama samaran hacker Bjorka yang sempat membuat geger dunia maya Indonesia, akhirnya terungkap.

Ia adalah Wahyu Firmansyah Taha, pemuda berusia 23 tahun asal Kota Manado, Sulawesi Utara.

Yang mengejutkan, Wahyu bukanlah lulusan jurusan teknologi informasi seperti yang banyak diduga. Ia adalah jebolan SMK jurusan tata boga, bahkan diketahui tidak menamatkan sekolahnya.

Wahyu ditangkap oleh tim Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya pada akhir September 2025 di sebuah rumah di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa. Setelah ditangkap, ia langsung dibawa ke Jakarta dan diperkenalkan ke publik oleh pihak kepolisian.

Penangkapan ini membuat keluarga dan warga sekitar terkejut. Sosok Wahyu dikenal sebagai pemuda pendiam yang dulu sempat membantu keluarganya berjualan makanan di kawasan Megamas, Manado.

“Kami keluarga sama sekali tidak tahu kabarnya. Dia sudah pergi dari rumah lebih dari satu tahun lalu,” kata Nesa Taha, adik Wahyu, saat ditemui pada Jumat (3/10/2025).
 
Meski tak punya latar belakang formal di bidang teknologi, Wahyu diduga kuat sebagai dalang di balik akun hacker ternama “Bjorka” alias “Bjorkanesia” yang dikenal karena sering membocorkan data penting di Indonesia.

Salah satu aksinya yang terbaru adalah mengklaim mengantongi data 4,9 juta nasabah sebuah bank swasta.

Direktur Siber Polda Metro Jaya menyebut, Wahyu ditangkap berdasarkan laporan dari pihak bank yang merasa diperas oleh pesan dari akun Bjorka. Laporan itu dilayangkan pada 17 April 2025 lalu.

“Motifnya sejauh ini murni karena uang. Semua aksi yang dilakukan, berdasarkan hasil temuan awal kami, semata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,” ungkap AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kasubdit IV Siber Polda Metro Jaya dalam keterangan pers, Kamis (2/10/2025).

Baca Juga:   TERBARU Pengumuman Seleksi CPNS 2024 Dimulai Hari Ini

Meski demikian, upaya pemerasan yang dilakukan Wahyu kepada pihak bank belum sempat berhasil, karena tidak direspons dan akhirnya dilaporkan ke polisi.

Wahyu merupakan warga asal Kampung Komo Dalam, Kelurahan Lawangirung, Kecamatan Wanea, Manado.

Ia dibesarkan di lingkungan sederhana dan telah menjadi yatim piatu sejak usia muda, sang ibu meninggal pada 2014, ayahnya menyusul dua tahun lalu.

Ia sempat mengenyam pendidikan hingga kelas XI di SMKN 3 Manado, mengambil jurusan tata boga.

Namun tak lama kemudian berhenti sekolah dan tidak memiliki pekerjaan tetap. Wahyu dikenal sering membantu keluarga menjajakan makanan keliling dan nongkrong bersama teman-temannya.

“Seperti pemuda pada umumnya. Main game, nongkrong, pendiam juga,” kata sang adik, Nesa.

Menurut pengakuan pamannya, Idris Taha, keluarga tak menyangka Wahyu bisa terlibat dalam dunia peretasan. Yang lebih mengejutkan lagi, Wahyu disebut menerima bayaran sekitar 9.000 dolar AS (sekitar Rp140 juta) dalam salah satu aksinya.

“Orangnya biasa saja. Kami kaget dia bisa punya uang segitu. Sementara kuburan orang tuanya saja belum dibuat,” ujar Idris.

Polisi juga telah menyita sejumlah barang dari Wahyu, di antaranya empat ponsel, satu tablet, sepeda motor, dan sepeda listrik. Namun beberapa barang tersebut belum dirilis secara resmi ke publik.

Aksi di Dunia Gelap Internet

Akun Bjorka dikenal luas karena menyebarkan data hasil peretasan melalui forum-forum gelap alias dark web dan dark forums, yakni bagian dari internet yang tidak bisa diakses secara umum dan sering digunakan untuk aktivitas anonim.

Wahyu diduga memanfaatkan forum ini untuk menjual atau mengancam membocorkan data, termasuk data bank dan instansi pemerintah.

Meski hanya lulusan SMK jurusan tata boga dan tanpa pelatihan formal, Wahyu diyakini belajar secara otodidak dan mengembangkan kemampuannya melalui akses internet.

Baca Juga:   Hamdam Mengaku 3 Parpol Siap Usung di Pilkada PPU

Penangkapan Wahyu mengungkap fakta mengejutkan bahwa salah satu peretas paling dicari di Indonesia ternyata bukan dari dunia teknologi tinggi atau lulusan luar negeri, melainkan pemuda biasa dari gang sempit di Manado.

Kini, publik menanti proses hukum lanjutan terhadap Wahyu Firmansyah Taha, alias Bjorka, dan seperti apa dampak pengungkapan ini terhadap keamanan data di Indonesia ke depan. (*)