Nasional

TERJAWAB Inilah Penyebab Kekuatan Gempa Tuban Bertambah dari M 6,0 Jadi M 6,5

345
×

TERJAWAB Inilah Penyebab Kekuatan Gempa Tuban Bertambah dari M 6,0 Jadi M 6,5

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi gempa bumi. (Antara/ist)

TITIKNOL.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab gempa susulan Tuban, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024) sore, memiliki magnitudo lebih besar atau lebih kuat dibandingkan gempa awal pada Jumat siang.

Untuk diketahui, gempa dengan kekuatan M 6,0 mengguncang Tuban pukul 11.22 WIB, sedangkan gempa dengan kekuatan lebih besar, yaitu M 6,5 terjadi pukul 15.52 WIB.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan, kekuatan gempa susulan bisa lebih besar dibandingkan gempa awal karena proses rupture atau rekahan dalam sistem sesar memiliki dinamika yang berbeda-beda.

“Dalam proses rupture, ada bagian yang terkait dengan elastis batuan menunjukkan ada yang brittle (rapuh) dan ductile (liat). Sehingga, proses pembukanya itu (gempa di Tuban) bisa jadi dari bagian yang rapuh,” jelas Daryono dalam konferensi pers daring, Jumat malam.

Menurut Daryono, terdapat proses triggering (pemicu) dan faktor lain yang menyebabkan munculnya pelepasan energi yang lebih besar untuk gempa susulan.

“Dari situ (gempa awal) bisa men-trigger sehingga batuan yang lebih elastis itu akan ke-trigger dan terjadi deformasi. Proses ini bisa melepaskan energi yang lebih besar dan muncul gempa susulan yang lebih besar,” tambah dia.

Karakteristik gempa Tuban

Daryono menuturkan, terjadinya gempa di suatu wilayah berkaitan dengan kondisi batuan di jalur sesar.

Itulah mengapa gempa yang terjadi mempunyai karakteristik apakah mainshock (gempa utama), aftershock (gempa susulan), foreshock (gempa awal), atau swarm (rangkaian gempa bermagnitudo kecil).

“Tidak semua gempa diawali dari gempa utama lalu susulan. Tapi, bisa juga gempa pembuka, gempa utama, gempa susulan, bahkan ada kawasan yang mengalami batuan rapuh atau brittle sehingga bakal mengalami aktivitas gempa susulan kecil yang banyak sekali,” jelas daryono.

Baca Juga:   Pembeli LPG 3 Kg asal Long Kali Berani Beli Rp35 Ribu Per Tabung di Pangkalan di Penajam

Meski begitu, Daryono menyampaikan bahwa pihaknya belum dapat menentukan gempa Tuban hari ini merupakan gempa tipe 1, 2, atau 3.

Pasalnya, rangkaian gempa masih terus berlangsung dan BMKG masih menunggu 1×24 jam setelah peristiwa gempa awal terjadi.

“Kami masih mengatakan sebagai sebuah rangkaian gempa. Terus amati pola-pola yang terjadi beberapa waktu. Baru nanti kami nilai tipenya kalau sudah beberapa hari sehingga bisa tahu (tipe gempanya),” terang Daryono.

Tidak terkait gempa Megathrust

Terpisah, geolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Gayatri Indah Marliyani menjelaskan, gempa Tuban tidak terkait dengan zona megathrust karena gempa terjadi pada sistem yang berbeda.

Menurut Gayatri, penyebab gempa Tuban berasal dari sesar aktif kerak dangkal di laut utara Pulau Jawa.

“Ditengarai merupakan reaktivasi sistem sesar tua yang membentang dari Pati hingga Kalimantan dengan arah relatif timur laut-barat daya. Analisis mekanisme fokal (sumber gempa) dari rekaman gempa menunjukkan pergerakan sesar mendatar,” jelas Gayatri, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Jumat malam.

Gayatri menambahkan, gempa Tuban belum dapat dipastikan mana yang merupakan gempa utamanya sebelum gempa yang paling besar terjadi.

“Saat ini gempa susulan terus terjadi yang terus kita pantau. Semoga polanya terus menurun sehingga harapannya M 6,5 yang terjadi sore tadi memang betul sudah gempa utamanya,” pungkas Gayatri. (*)