TITIKNOL.ID – Lebaran 2024 atau hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah tinggal menunggu hitungan hari.
Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalankan puasa wajib selama bulan Ramadhan.
Tepat 1 Syawal nanti, muslim akan merayakan Idul Fitri dan di Indonesia biasanya diikuti dengan saling memohon maaf agar kembali fitrah atau suci layaknya bayi yang baru dilahirkan.
Lantas, kapan Lebaran 2024?
Lebaran 2024 menurut Muhammadiyah
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Syawal 1445 H atau Lebaran 2024 jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti mengatakan, Senin Kliwon, 29 Ramadhan 1445 H atau bertepatan dengan 8 April 2024, ijtimak jelang Syawal telah terjadi.
Sebagai informasi, ijtimak adalah saat berakhirnya Bulan lalu dan munculnya Bulan baru dalam penanggalan Hijriah.
“Ijtimak jelang Syawal 1445 H terjadi pada Selasa Legi, 30 Ramadhan 1445 H, bertepatan dengan 9 April 2024 pukul 01.23.10 detik WIB,” terang Sayuti, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (20/1/2024).
Sayuti menjelaskan, tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam pada 9 April 2024 di Yogyakarta yaitu plus 6 derajat 8 menit 28 detik, sehingga menurutnya hilal sudah wujud.
Sementara di wilayah Indonesia lain, Bulan sudah berada di atas ufuk pada saat Matahari terbenam.
“Oleh karena itu, di wilayah Indonesia 1 Syawal 1445 H jatuh pada hari Rabu Pahing, 10 April 2024,” jelas Sayuti.
Lebaran 2024 menurut NU
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara resmi menerbitkan informasi hilal awal Syawal penentu hari raya Idul Fitri 2024.
Dalam e-book berjudul Informasi Hilal Awal Syawal 1445 H Nahdlatul Ulama yang diterima Kompas.com, Rabu (3/4/2024), kedudukan hilal di Indonesia sudah di atas kriteria.
“Kedudukan hilal di Indonesia terutama dari sisi tinggi hilal mar’ie dan elongasi hilal haqiqy sudah di atas nilai yang dinyatakan dalam kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU),” tulis Lembaga Falakiyah PBNU.
Kriteria IRNU adalah ambang batas posisi Bulan, di mana hilal berpotensi dapat dilihat, terutama melalui moda kasat teleskop dan kasat kamera.
Ambang batas tersebut terjadi saat tinggi hilal mar’ie minimal 3 derajat dan elongasi hilal haqiqy minimal 6,4 derajat.
Pada 29 Ramadhan 1445 H dalam Kalender Hijriah NU, bertepatan Selasa Legi, 9 April 2024, tinggi hilal di Indonesia bervariasi antara plus 4 derajat 52 menit hingga plus 7 derajat 28 menit.
Sementara itu, elongasi hilal di Indonesia pada 29 Ramadhan 1445 H bervariasi antara 8 derajat 30 menit hingga 10 derajat 20 menit.
“Lama hilal di atas ufuk untuk Indonesia pada 29 Ramadhan 1445 H bervariasi antara 23 menit 19 detik hingga 32 menit 47 detik,” kata Lembaga Falakiyah PBNU.
Dengan demikian, NU kemungkinan akan menetapkan 1 Syawal 1445 H atau Idul Fitri 2024 jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Namun, keputusan resmi NU masih menanti hasil rukyah hilal atau pengamatan hilal di beberapa titik pada 9 April 2024.
Idul Fitri 2024 menurut Kemenag
Di sisi lain, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki mengatakan, pemerintah akan menggelar sidang isbat untuk menentukan Idul Fitri 2024.
Meskipun demikian, pemerintah sebenarnya telah memprediksi Lebaran tahun ini akan jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Jika demikian, kemungkinan awal Syawal 1445 H akan dirayakan serentak oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
“Seperti disampaikan Bapak Menko dengan kondisi seperti itu insyaallah hari raya Idul Fitri akan dirayakan secara bersama-sama bagi seluruh muslim di Indonesia,” kata Saiful, dilansir dari Kompas.com, Senin (25/3/2024).
Pihaknya menjelaskan, pada 9 April 2024, menurutnya, posisi hilal di Tanah Air telah memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS),
“Nah, berdasarkan kriteria MABIMS bahwa telah disepakati kondisi seperti itu memenuhi kriteria visibilitas hilal, yaitu setinggi hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6 koma derajat,” ucapnya.
Saiful pun menegaskan, prediksi tersebut tentu akan dikonfirmasi kembali melalui hasil sidang isbat pada 9 April 2024 petang.
Sidang isbat awal Syawal sendiri tetap digelar dengan mempertimbangkan posisi ketinggian hilal secara hisab dan penampakan hilal saat rukyat. (*)