Penajam

Krisis Air Bersih di Desa Sesumpu, Warga Andalkan Air Hujan dan Beli Mahal

33
×

Krisis Air Bersih di Desa Sesumpu, Warga Andalkan Air Hujan dan Beli Mahal

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi krisis air bersih. Wakil Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rendi Solihin, menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Kukar dalam mengatasi permasalahan air bersih di wilayah Muara Jawa, Samboja, dan Samboja Barat. (HP/Istimewa)

TITIKNOL.ID, PENAJAM – Warga Desa Sesumpu, Kecamatan Penajam, mengeluhkan sulitnya akses terhadap air bersih. Masalah ini telah berlangsung lama, namun hingga kini belum ada solusi konkret.

Penyebab utama krisis ini adalah belum tersedianya pipanisasi air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke wilayah tersebut.

Akibatnya, warga terpaksa mengandalkan air hujan untuk kebutuhan mencuci dan mandi sehari-hari.

Keluhan ini sudah sering disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan pemerintah setempat.

Warga berharap air bersih, sebagai kebutuhan dasar, segera menjadi prioritas.

Hayati (53), salah seorang warga Desa Sesumpu, menjelaskan bahwa sebagian besar warga menampung air hujan ke dalam tandon untuk kebutuhan harian. Namun, kondisi sumur yang tercemar air laut membuat airnya tidak layak konsumsi.

“Biasanya kami mengandalkan air hujan dan sumur untuk berbagai keperluan, termasuk minum. Tapi sekarang air sumur sudah tercemar sehingga tidak bisa dikonsumsi, meskipun direbus,” ujar Hayati pada Sabtu (14/12/2024).

Sebagian warga terpaksa membeli air bersih dari depot untuk memenuhi kebutuhan minum.

Hayati sendiri harus mengeluarkan biaya hingga Rp90 ribu per satu kali pengisian tandon, yang biasanya dilakukan tiga kali sebulan. Air tersebut didatangkan dari Desa Girimukti.

“Walaupun mahal, ini satu-satunya cara agar kami bisa minum air bersih. Air hujan dan air sumur sudah tidak memungkinkan,” lanjut Hayati.

Ia berharap pemerintah segera menangani permasalahan ini agar warga tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. (TN01)