Nasional

BMKG Siaga Hadapi Puncak Musim Hujan, Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Timur

49
×

BMKG Siaga Hadapi Puncak Musim Hujan, Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Timur

Sebarkan artikel ini
Kepala BMKG. (HO/Istimewa)

TITIKNOL.ID – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menghadiri Rapat Koordinasi Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di Jawa Timur.

Acara ini turut dihadiri Penjabat Gubernur Jawa Timur Adhi Karyono, Menteri Koordinator PMK Pratikno, Kepala BNPB Suharyanto, dan Anggota Komisi VIII DPR RI Ina Ammania.

Rapat tersebut membahas langkah mitigasi menghadapi puncak musim hujan dan potensi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur.

Dalam paparannya, Dwikorita menjelaskan bahwa potensi cuaca ekstrem di wilayah Jawa Timur dipengaruhi oleh fenomena La Nina, yaitu pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

“La Nina memicu peningkatan pembentukan awan hujan, yang berdampak pada tingginya intensitas curah hujan di Jawa Timur, sehingga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi,” ujarnya.

Fenomena ini berbeda dengan kondisi tahun lalu yang dipengaruhi oleh El Nino kering.

La Nina memicu sirkulasi siklonik dan bibit siklon yang menyebabkan angin kencang, gelombang tinggi, hingga hujan ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.

Aktivitas Monsoon Asia, gelombang MJO, dan gelombang Kelvin serta Rossby ekuator turut memperparah intensitas hujan.

BMKG memprediksi puncak curah hujan terjadi pada Desember 2024 hingga Januari 2025, dengan wilayah terdampak meliputi Laut Natuna, Bangka Belitung, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

“Intensitas hujan diperkirakan meningkat signifikan pada 21 Desember, sedikit menurun pada 22-23 Desember, dan kembali meningkat pada 24 Desember,” tambah Dwikorita.

Sebagai langkah antisipasi, BMKG telah bekerja sama dengan BNPB dan PUPR untuk memetakan wilayah rawan bencana di Jawa Timur, termasuk potensi banjir dan longsor.

Melalui overlay data, zona-zona rentan bencana telah diidentifikasi secara akurat. Namun, Dwikorita menggarisbawahi bahwa tantangan terbesar adalah menentukan waktu pasti terjadinya bencana.

Baca Juga:   Inilah Link Live Hasil Quick Count Pilpres 2024, Real Count dan Exit Poll

Selain itu, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) telah dilakukan sejak 18 Desember dengan menggunakan pesawat Cessna Caravan C208B-EX milik PT Smart Cakrawala Aviation.

Operasi ini bertujuan mengendalikan curah hujan selama puncak musim hujan, khususnya di daerah rawan bencana.

Dwikorita juga mendorong masyarakat memanfaatkan aplikasi Info BMKG sebagai langkah mitigasi.

“Aplikasi Info BMKG menyediakan prakiraan cuaca hingga enam hari ke depan, mencakup curah hujan, suhu, kecepatan angin, dan kelembapan udara di tingkat kecamatan. Dengan informasi ini, masyarakat diharapkan dapat mengantisipasi potensi kerugian akibat cuaca ekstrem,” tutupnya. (*)