TITIKNOL.ID, SAMARINDA – Ada satu lagi warisan kuliner dari orangtua terdahulu yang telah lama bertempat tinggal di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Namanya Bubur Peca.
Menu Bubur Peca ini ibaratnya sudah masuk dalam bagian kehidupan masyarakat Kota Samarinda, setiap bulan Ramadhan menjadi sajian menu buka puasa.
Makanan Bubur Peca ini pernah dibahas oleh stasiun televisi swasta Trans7 dalam program acara Makan Receh; Menikmati Lezatnya Bubur Peca.
Kemunculan Bubur Peca di Kota Samarinda tidak terlepas dari pengaruh para pendatang yang memang menetap di Samarinda.
Awalnya, Bubur Peca memang dibuat oleh masyarakat suku Bugis yang saat itu merantau dan telah menetap di Samarinda, yakni persisnya di daerah Masjid Tua Shirathal Mustaqiem, Samarinda Seberang.
Mereka warga Bugis ini diizinkan oleh kesultanan setempat untuk bermukin di Samarinda dan lalu membawa pengaruh budaya, termasuk satu di antaranya soal kuliner.
Ya inilah peninggalannya, Bubu Peca. Bahannya terbuat dari nasi, biasa diolah dengan cara memasak menggunakan kayu bakar.
Lauk pauknya sederhana, hanya cukup telur bulat yang digodok air mendidih. Menyantap Bubu Peca ini memang pas jika masih dalam keadaan hangat, nikmat di lidah, mantap di perut.
Berupaya Membawa ke UNESCO
Saat ini Pemerintah Kota Samarinda sedang berupaya menjadikan Bubur Peca sebagai kuliner khas dari Kota Samarinda.
Demikian dibeberkan oleh Barlin Hadi Kesuma, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda yang dikutip Titiknol.id pada Jumat (31/5/2024).
Dia menyatakan, Bubur Peca memang lahir di Kota Samarinda, yakni di lingkungan terdekat warga yang menghuni di kawasan Masjid Tua Shirathal Mustaqiem.
Waktu itu, beber Barlin, dalam memasak Bubur Peca ini dilakukan secara bersama-sama yang nantinya disantap berjamaah di masjid. Jadi bukan menu eksklusif yang hadir di dapur rumah tangga.
Buburnya itu seakan sudah jadi simbol bagi warga. Ada pesan makna yang dikandung sebagai kuliner yang bisa mempererat hubungan warga. “Jadi ada kebersamaan dan kegotong-royongan,” ujar Barlin.
Fenomena sosial inilah yang kemudian menjadi latarbelakang bagi Pemkot Samarinda untuk menjadikan Bubur Peca ini jadi ikon kuliner ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Targetnya membuat hak paten hingga diakui oleh masyarakat internasional.
“Terkait budaya yang ada di masyarakat, nanti kita usulkan. Hasilnya ke pemerintah untuk dijadikan pengakuan. Nanti apakah dari Kaltim, kemudian baru langsung ke tingkat nasional. Harapannya bisa sampai ke UNESCO,” tutur Barlin. (*)