TITIKNOL.ID, PENAJAM – Kelangkaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) masih terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.
Sejumlah pengelola pangkalan mengeluhkan tidak stabilnya distribusi yang berdampak pada sulitnya masyarakat mendapatkan gas subsidi.
Pengelola pangkalan LPG di Kecamatan Waru, Yusran Rianto, mengatakan bahwa pihaknya baru saja menerima kunjungan dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskukmperindag) yang memantau ketersediaan gas di wilayahnya.
“Dari dinas tadi bertanya ke kami, sudah punya sub pangkalan belum? Kalau bisa punya sub pangkalan, supaya masyarakat yang mencari gas lebih mudah mendapatkannya,” ujar Yusran kepada Titiknol.id, Rabu (12/2/2025).
Menurutnya, kelangkaan LPG terjadi karena distribusi dari Pertamina ke agen tidak stabil.
Dirinya mengungkapkan bahwa jika stok tersedia, pihaknya pasti dapat menyalurkan gas tepat sasaran kepada masyarakat yang menjadi pelanggan tetapnya.
“Kalau nanti ada stok, tentu kami distribusikan. Tapi masalahnya, gas dari agen saja kosong, agen lain juga sama. Pemerintah juga tidak tahu berapa kuota yang diberikan Pertamina ke agen,” kata Yusran.
Ia menjelaskan bahwa biasanya agen tempatnya mengambil pasokan menerima satu fuso dan satu truk per hari. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, pengiriman sering dikurangi.
“Biasanya ada satu fuso dan satu truk, tapi kadang hanya dapat satu fuso saja, sedangkan truknya kosong,” jelasnya.
Satu fuso diketahui mampu mengangkut lebih dari 1.000 tabung LPG, sementara satu truk hanya membawa sekitar 500 tabung.
Yusran menilai bahwa pengurangan pasokan ke agen-agen berdampak besar pada stok gas di pasaran.
“Kalau semua agen mengalami pengurangan pasokan, tentu gas di pasaran akan cepat habis. Seperti agen saya, kalau hanya dapat satu truk di hari biasa, itu langsung ludes, dan masyarakat banyak yang tidak kebagian,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah lebih proaktif dalam mengawasi distribusi gas, terutama dalam memastikan kuota dari Pertamina ke agen sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
“Seharusnya pemerintah tahu berapa banyak gas yang diberikan ke agen setiap pengiriman. Kalau situasi seperti sekarang, hanya tahu gas langka tanpa mengecek datanya,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pola pasokan yang berubah-ubah, terutama saat ada hari besar keagamaan.
“Kalau ada hari besar, tiba-tiba pasokan bertambah. Tapi setelah itu kembali langka. Siklusnya terus berulang, dan kita sering kali kekurangan stok,” tutupnya. (TN01)