Kandidat calon kepala daerah harus melawan kotak kosong lantaran tidak calon lain bertarung. Semoga pada Pilkada 2024 kali ini di kabupaten kota di Kalimantan Timur tidak ada lagi
TITIKNOL.ID, SAMARINDA – Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) di kabupaten dan kota Kalimantan Timur yang saat itu memasang calon kepala daerah dengan melawan kotak kosong ternyata memberikan pengaruh negatif bagi iklim demokrasi di Kalimantan Timur.
Dijelaskan oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kaltim, Sufian Agus, saat itu ada beberapa daerah yang melangsungkan pemilihan kepala daerah. Yakni di Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan, terdapat kotak kosong, Senin (24/6/2024).
Kandidat calon kepala daerah harus melawan kotak kosong lantaran tidak calon lain bertarung. Semoga pada Pilkada 2024 kali ini di kabupaten kota di Kalimantan Timur tidak ada lagi apa yang namanya itu kotak kosang.
Sufian berlasan, gejala Pilkada Kaltim 2024 dibumbui kotak kosong tentu akan memberikan pengaruh buruk bagi proses demokrasi di Kalimantan Timur.
Dia tegaskan, kontestasi politik yang kurang kompetitif, sebab yang dilawan itu bukan orang, sifatnya pasif, para pemilih tidak disuguhkan visi misi calon pemimpin secara lengkap dan maksimal, sebab gambaran visi misi daerah ke depan hanya didominasi oleh satu pasangan kandidat saja.
Berbeda halnya jika banyak kandidat, tentu saja disini akan ada daya tawar visi misi calon, pemilih bisa bebas dan memiliki banyak pilihan sehingga nasib ke depan sebuah daerah bisa dianalisis oleh para pemilih.
“Kan yang terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan dalam Pilkada periode lalu, di tahun 2020, waktu itu calon tunggal melawan kotak kosong. Ya akhirnya berdampak pada rendahnya partisipasi pemilih,” beber Sufian.
Berdasarkan catatan di Kesbangpol Kalimantan Timur, terungkap, untuk Kota Balikpapan dengan angka partisipasi pemilih sebesar 60,13 persen dari 443.243 Daftar Pemilih Tetap.
Sementara untuk di daerah Kabupaten Kutai Kartanegara hanya 57 persen dari 488.055 Daftar Pemilih Tetap.
Bandingan dengan kabupaten kota di Kalimantan Timur yang tidak suguhkan kotak kosong, jelas berbeda, partisipasinya lebih besar.
Saat Pilkada 2020, Kabupaten Mahakam Ulu memiliki partisipasi tertinggi dengan 78,6 persen dari Daftar Pemilih Tetap.
Kemudian berikutnya, yang tertinggi partisipasi pemilihnya ada di Kabupaten Kutai Barat dan Kota Bontang dengan persentase di atas 71 persen.
Prespektif para pemilih jika dalam Pilkada diisi kotak kosong pastinya akan enggan untuk salurkan suaranya, malas untuk pergi ke Tempat Pemungutan Suara.
Paradigma pemilih menilai, pasangan calon melawan kotak kosong pastinya dianggap akan menang, kuasai suara. Karena bayangan tebakan dipastikan menang, tentu saja tidak perlu lagi ke tempat pemungutan suara.
“Hanya melawan kotak kosong, masyarakat cenderung enggan ke TPS. Karena merasa calon tunggal ya pasti menang,” ujar Sufian.
Dia sangat berharap proses Pilkada 2024 serentak di kabupaten dan kota di Kalimantan Timur tidak ada lagi kotak kosong. Idealnya, ada tiga pasangan calon yang maju bertarung dalam panggung Pilkada Kaltim 2024.
Tentu saja ini semua untuk kebaikan sistem demokrasi di Kalimantan Timur, bisa menciptakan suhu demokrasi yang dinamis dan ada kegairahan masyarakat untuk berpartisipasi, ikut memilih calon pemimpinnya untuk lima tahun mendatang.
“Kehadiran paslon tunggal pada Pilkada cenderung menurunkan antusiasme masyarakat,” tegas Sufian. (*)