TITIKNOL.ID, SAMARINDA – Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi terjadi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia di akhir Oktober hingga awal November 2024.
Peralihan musim diperkirakan membawa hujan deras disertai angin kencang terutama di wilayah Kalimantan Timur dan Utara, Sulawesi Utara serta Maluku Utara.
Di wilayah selatan, angin kencang akibat awan cumulonimbus juga berpotensi terjadi.
Oleh sebab itu BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada, khususnya pada sore hingga malam hari, terhadap kemungkinan angin puting beliung, petir dan hujan lokal dengan intensitas beragam.
Prakirawan BMKG Samarinda, Sutrisno menyebutkan, dalam prospek cuaca mingguan periode 25 Oktober sampai 31 Oktober 2024 peningkatan kecepatan angin di bagian selatan Indonesia disebabkan oleh pembentukan awan Cumulonimbus pada skala lokal.
Pola peralihan musim ini turut memicu pembentukan awan konvektif pada sore hingga malam hari yang mendominasi kondisi cuaca di berbagai wilayah.
Akibat ketidakstabilan atmosfer, beberapa daerah mengalami hujan singkat dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai potensi kilat/petir dan angin kencang.
“Jadi masyarakat diimbau agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang bisa terjadi mendadak, terutama pada sore hingga malam hari,” lanjutnya.
Sutrisno menjelaskan, karena pengaruh Siklon Tropis Trami, dinamika atmosfer di Indonesia turut dipengaruhi beberapa sistem tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU), termasuk Siklon Tropis Trami yang terpantau di Laut Filipina dan bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan angin maksimum 50 knot.
“Siklon tropis ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin, khususnya di Kalimantan bagian timur dan utara, Sulawesi bagian utara, serta Maluku Utara dengan kecepatan mencapai lebih dari 25 knot atau 46 kilometer perjam,” jelas Sutrisno.
Kemudian Siklon Tropis Trami diprediksi akan membentuk area perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di Laut Cina Selatan, Laut Sulu dan Laut Filipina, serta menginduksi peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot di sekitar area siklon.
Hal ini berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di sekitar siklon tropis dan sepanjang wilayah konvergensi tersebut.
Sutrisno menambahkan bahwa kondisi cuaca pada sore hingga malam hari cenderung menampilkan hujan tidak merata dengan durasi singkat sebagai ciri masa peralihan menuju musim hujan.
“Namun untuk Samarinda sendiri kondisi cuaca masih relatif aman,” katanya. (*)