TITIKNOL.ID, NEW YORK – Patung Liberty di Pulau Liberty, muara Sungai Hudson, Pelabuhan New York, Amerika Serikat kini jadi bahan perbincangan antara dua negara Prancis dan Amerika Serikat.
Pangkal muaranya dari seorang politisi Prancis yang merasa tidak puas dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donlad Trump.
Atas dasar kekecewaan tersebut, politisi Prancis singgung soal status Patung Liberty di Amerika Serikat.
Lalu kaitannya dengan Patung Liberty apa ya dengan persoalan politik tersebut?
Sebelum ke jawaban ini, kita jalan-jalan dahulu ke sejarah belakang.
Patung Liberty telah menjadi salah satu simbol paling menginspirasi dalam sejarah dunia.
Patung megah ini tidak hanya mewakili Amerika Serikat, tetapi juga mengandung makna yang mendalam bagi setiap individu di seluruh penjuru dunia.
Patung Liberty memiliki cerita yang menarik tentang persahabatan internasional dan semangat kebebasan.
Kala itu, kerangka berpikir dalam mendirikan Patung Liberty muncul sebagai hasil dari hubungan erat antara Amerika Serikat dan Perancis, terutama setelah Negeri Paman Sam merayakan revolusi pertama mereka.
Hal itu membuat gagasan untuk memiliki monumen besar yang menyampaikan pesan perdamaian, persahabatan, dan kebebasan antarbangsa menjadi semakin kuat.
Oleh karena itu, diputuskanlah pembangunan Patung Liberty sebagai monumen perdamaian, persahabatan, dan kebebasan.
Pada tahun 1875, Frederic Auguste Bartholdi, seorang seniman terkemuka dari Perancis, merancang Patung Liberty dengan gaya yang unik, khas, model patung belum ada sebelumnya.
Untuk membangun patung ini, digelar penggalangan dana publik yang melibatkan masyarakat dari Amerika Serikat dan Perancis.
Selain itu, untuk mendanai pembangunan Patung Liberty juga ada kontribusi pemerintah kedua negara, sponsor dari perusahaan dan individu, serta penjualan barang-barang souvenir.
Dukungan lintas negara, filantropi, dan inisiatif kreatif juga berperan dalam memastikan pembiayaan untuk menghadirkan monumen yang menjadi simbol kebebasan dan persahabatan.
Setelah melewati proses perancangan yang teliti dan dana tercukupi, Patung Liberty akhirnya selesai dibangun di Perancis pada 1884.
Patung ini dirakit di Perancis sebelum akhirnya dibongkar dan bagian-bagiannya diangkut ke Amerika Serikat.
Pada 28 Oktober 1886, dalam acara yang dikenal sebagai “Ceremonial Unveiling of the Statue of Liberty”, Patung Liberty diperlihatkan untuk pertama kalinya kepada publik.
Peluncuran Patung Liberty menjadikan momen bersejarah yang tak terlupakan dalam hubungan Amerika Serikat dan Perancis.
Alasan Meminta Mengembalikan Patung Liberty
Berangkat dari inilah, politisi Prancis mengkritik kebijakan Presiden Donald Trump dengan sangkut paut ke Patung Liberty.
Siapa sosok politisi Prancis yang dimaksud?
Figur yang dimaksud adalah Raphael Glucksmann.
Dia anggota Parlemen Eropa asal Prancis, dalam sebuah konvensi partai menilai bahwa Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump tidak lagi mencerminkan semangat kebebasan yang diwakili oleh Patung Liberty, yang diberikan Prancis pada tahun 1880-an sebagai simbol diplomasi serta penghapusan perbudakan.
Bagi dia, pemerintahan Donald Trump telah melakukan pemangkasan anggaran yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan ilmuwan dan pakar kesehatan masyarakat.
Selain itu, pemotongan dana hibah penelitian di berbagai institusi dinilai para ahli dapat merugikan perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika Serikat.
Meskipun Glucksmann menyuarakan pengembalian Patung Liberty, Perancis secara hukum tidak memiliki hak untuk mengambil kembali monumen tersebut karena telah menjadi properti resmi Pemerintah AS.
Langkah semacam ini juga berpotensi memperburuk hubungan diplomatik antara Washington dan Paris, di tengah upaya Presiden Prancis Emmanuel Macron mencari solusi damai untuk perang Rusia dan Ukraina.
Tanggapan Presiden Amerika Serikat
Pemerintahan Presiden Donald Trump menyatakan sikap. Tidak akan mempertimbangkan permintaan politisi Perancis untuk mengembalikan Patung Liberty ke negara asalnya. Ini dijelaskan melalui Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.
Dia merujuk pada peran AS dalam membantu Prancis mengalahkan Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Semestinya Prancis seharusnya bersyukur atas kontribusi AS dalam sejarah mereka. (*)