TitiknolKaltim

Kacamata Andrinof Chaniago, Saat Ini Ada yang Salah dari Ibu Kota Nusantara di Kaltim

48
×

Kacamata Andrinof Chaniago, Saat Ini Ada yang Salah dari Ibu Kota Nusantara di Kaltim

Sebarkan artikel ini
IKN DI KALTIM - Andrinof Chaniago, penggagas pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur, menyatakan, Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara sudah mulai tidak sesuai dengan visi misi yang dicapai. (YouTube Kompas TV)

“Perkembangan, perubahan di tengah jalan. Ada keinginan-keinginan baru di tengah jalan yang membuat tujuannya melebar.”

TITIKNOL.ID, JAKARTA – Andrinof Chaniago, penggagas pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur, menyatakan, Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara sudah mulai tidak sesuai dengan visi misi yang dicapai. 

Ibu Kota Negara Indonesia di Kalimantan Timur yang bernama Ibu Kota Nusantara dianggap telah ada perubahan di tengah jalan, tidak sesuai lagi dengan visi misi di awal. 

Hal ini disampaikan Andrinof Chaniago dalam program televisi ROSI bertema “Pencetus IKN Tanggapi Kebijakan Jokowi soal Ormas Kelola Tambang hingga Tapera” yang telah tayang di YouTube Kompas TV, Jumat (7/6/2024). 

Dalam pandangan Andrinof Chaniago, Ibu Kota Nusantara itu harusnya fokus pada konsentrasi sebagai tempat pusat pemerintahan, bukan juga menciptakan tambahan area baru sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi bisnis. 

“Saya berharap pembangunan IKN, harus sesuai filosofi awal yang diwacanakan. jadi kota publik. Pindah ibu kota ke Kalimantan supaya mudah menata kota Jakarta,” kata Andrinof Chaniago yang merupakan mantan Kepala Bappenas era tahun 2014 ini. 

Selain itu, menurut Andrinof Chaniago, dibangunnya Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur di antaranya ciptakan pemerataan pembangunan di kawasan Indonesia bagian timur dan tengah. 

Dia beranggapan, Ibu Kota Nusantara sekarang sudah mulai ada perubahan-perubahan di tengah jalan yang akhirnya membuat tujuan awal jadi melebar. Bila ingin melebar boleh saja tapi tidak solid. 

IKN yang ada sekarang, kata Andrinof Chaniago. “Perkembangan, perubahan di tengah jalan. Ada keinginan-keinginan baru di tengah jalan yang membuat tujuannya melebar. Melebar, tidak solid. Boleh melebar tapi solid,” beber pria yang pernah menjabat Wakil Komisaris Utama Bank Mandiri ini. 

Baca Juga:   Program Komunitas Isi Piringku di PPU Dimulai, Pj Bupati Sebut Upaya Tekan Stunting, Ini Sasarannya

Sebagai contoh, tambah dia, keberadaan Ibu Kota Nusantara semestinya jadi pendorong peningkatan fungsi ekonomi yang menggerakan daerah penyangga di sekitar IKN.

Bukan sebaliknya IKN jadi tempat pusat ekonomi baru yang akhirnya daerah sekitarnya tidak berdampak. 

Andrinof Chaniago menggambarkan, Ibu Kota Nusantara harusnya bisa lagi hidupkan kota industri yang gagal di Kariangau Balikpapan. 

Lalu juga ada kawasan khusus industri di Kutai Timur, juga termasuk Kota Bontang yang harus fokus jadi sentra ekonomi. 

“Hidupkan jalur ALKI II, hidupkan Sulawesi barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, lalu menyeberang ke Maluku. Itu yang kita harapkan,” urai Andrinof Chaniago yang lahir pada 3 November 1962 ini. 

Kali ini dia tegaskan lagi, Ibu Kota Nusantara bukan lagi jadi pusat pertumbungan ekonomi sendiri. Sebuah ibu kota negara itu harus bisa ciptakan pembangunan yang berkeadilan, pemerataan dan inklusifitas. 

Kalau ekslusif, zona ekonomi khusus, itu bukan ibu kota negara. Kota pemerintahan tidak bisa menggerakan daerah-daerah satelit di sekitarnya itu namanya salah,” kata Andrinof Chaniago, pria kelahiran Padang, Sumatera Barat ini. (*)