Penajam

Krisis Guru di PPU, Ratusan guru PNS Bakal Memasuki Usia Pensiun

23
×

Krisis Guru di PPU, Ratusan guru PNS Bakal Memasuki Usia Pensiun

Sebarkan artikel ini
PPU KRISIS GURU - Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten PPU Andi Singkerru mengungkapkan PPU saat ini mengalami krisis guru karena ratusan guru PNS memasuki usia pensiun.

TITIKNOL.ID, PENAJAM – Kebutuhan guru sangat vital dalam pembentukan generasi penerus bangsa. Diperkirakan sekitar 50 guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) memasuki masa pensiun tahun ini.

Tahun berikutnya, jumlah tersebut meningkat menjadi 80 orang.

Disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten PPU, Andi Singkerru mengatakan pengurangan jumlah tenaga honorer, terutama profesi guru ini berdampak besar pada proses belajar mengajar di sekolah.

Sebanyak 241 tenaga honorer berprofesi guru di PPU terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).

Pemberhentian mendadak ini, diantaranya tengah berjuang memperjuangkan statusnya menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Memprihatinkan sekali nasib guru kita ini. Dalam dua tahun kedepan saja, kita akan kehilangan ratusan guru karena guru PNS memasuki masa pensiunnya,” ungkap Andi Singkerru, Selasa (4/3/2025).

Hal tersebut sangat tidak berimbang dengan posisi kosong nantinya, karena keberadaan guru honorer masih dibutuhkan untuk menutupi kekurangan guru.

Disebutkan, dalam satu sekolah guru-guru yang memasuki usia pensiun bisa 3 hingga 5 orang.

“Artinya kalau sampai 5 orang, satu kelas mengajar ditambah kepala sekolah, hanya ada dua tenaga pendidik kita,” katanya.

Berdasarkan aturan yang berlaku, kepala sekolah tidak lagi diwajibkan mengajar melainkan memanajemen.

Berlandas hal tersebut, kepala sekolah mempunyai hak untuk tidak mengajar.

“Berau mengambil jalur Kontrak Kerja Individu (KKI). Pemerintah daerah Kabupaten PPU silakan diformulasikan persoalan guru ini, karena tidak bisa disamakan dengan dinas lainnya,” ucap Andi.

Solusi permasalahan ini nampaknya belum menawarkan opsi karena dari sisi pengajar menginginkan posisi permanen untuk guru.

“Lima menit terlambat saja guru itu, bukan main ributnya anak-anak. Bagaimana jika sehari atau dua hari anak-anak tidak belajar dan kita rumahkan, tentu akan menuai kritik dari banyak pihak, termasuk orang tua siswa sendiri,” pungkasnya.(TN01)