SamarindaTitiknolKaltim

Curhatan Ojol Samarinda, Diduga Motornya Rusak Usai Isi BBM Pertamina

66
×

Curhatan Ojol Samarinda, Diduga Motornya Rusak Usai Isi BBM Pertamina

Sebarkan artikel ini
KELUHAN PRODUK BBM - Ilustrasi awak ojol sedang menunggu penumpang. Ketua Umum Bubuhan Driver Gojek Samarinda, Ivan Jaya mengungkap, dari data yang dihimpun pihaknya, sebanyak 657 motor diduga rusak usai mengisi BBM di SPBU Pertamina, Kamis (10/4/2025). (ussfeed)

TITIKNOL.ID, SAMARINDA – Inilah curhatan atau ungkapan pengalaman para awak ojek online di Samarinda, Kalimantan Timur yang diduga mengalami kerusakan motor usai mengisi BBM di SPBU milik Pertamina. 

Disampaikan oleh Ketua Umum Bubuhan Driver Gojek Samarinda (Budgos), Ivan Jaya mengungkap dari data yang dihimpun pihaknya, sebanyak 657 motor rusak diduga karena pengisian BBM, Kamis (10/4/2025). 

Tercatat ada 519 motor di antaranya sudah diperbaiki secara mandiri, tersisa 138 motor masih tak jelas tanpa perbaikan di bengkel

Alasan belum diperbaiki tentunya faktor ekonomi, dan ini juga sempat diungkapkannya saat hadir dalam rapat bersama DPRD, Pertamina Patra Niaga Kalimantan dan para pihak terkait.

“Namanya ojek online ini pemasukannya hari-hari. Bagaimana lagi mau mengganti fuel pump-nya dan spare part kendaraan? Harganya juga cukup lumayan menguras kantong. Jadi ada yang belum diperbaiki, ada dipaksa untuk jalan, ngojek. Dan ada yang didiamkan saja (di bengkel) sambil menunggu biaya,” katanya, Kamis (10/4/2025).

Ivan menegaskan bahwa rata–rata Driver Gojek di Kota Samarinda ini memiliki perekonomian di bawah rata-rata. 

Menurut para driver yang terkena dampak pasca mengisi BBM jenis Pertalite ataupun Pertamax, biaya yang dikeluarkan dalam sekali perbaikan fuel pump mulai dari Rp250 ribu sampai Rp 750 ribu bahkan ada yang hingga Rp1 juta, tergantung perbaikan dan kerusakan serta merek kendaraan.

Bervariasi, ada yang Rp250 ribu, Rp400 ribu, Rp500 ribu dan Rp750 ribu, tergantung jenis motor, merek motor dan tingkat kerusakannya. 

“Pendapatan harian teman–teman juga tidak cukup untuk menutupi biaya perbaikan kendaraan yang mendadak, dan di luar dugaan,” bebernya.

“Mungkin buat para pejabat, uang Rp250 ribu kecil, tapi bagi kami itu besar. Ngojek aja hanya dapat uang Rp100 ribu dalam sehari sudah bersyukur, kami bisa makan. Ternyata ada masalah seperti sekarang, kendaraan untuk kami bekerja tersendat–sendat, kita harus memikirkan biaya perbaikan kendaraan lagi,” sambung Ivan menyuarakan apa yang jadi keluh kesah teman–teman ojolnya.

Baca Juga:   Komisi II Dorong Pemkot Genjot PAD dari Wisata Sungai Mahakam

Ia juga menyinggung soal layanan pengaduan melalui hotline Pertamina Call Center 135 maupun offline di masing-masing SPBU yang sudah cukup bagus. 

Meski sampai saat ini tak ada tindak lanjutnya karena tampak sangat sibuk sekali di media massa, semua pihak saling klarifikasi.

“Padahal yang kita mau, apa tanggung jawabnya? Karena kita dengar bahwa permasalahan seperti itu, kalau ada lapor ke 135 hotline-nya,” ujarnya.

Bahkan Budgos Samarinda sudah mengumpulkan bukti-bukti bahwa BBM yang dijual di SPBU bermasalah, serta berkoordinasi soal informasi kendaraan yang mengalami masalah.

Driver Gojek Samarinda membuat platform aduan ojek online berupa layanan WhatsApp dan ini murni investigasi pihaknya.

Sehingga teman–teman ojol di Samarinda, bisa mengetahui mana BBM yang bermasalah serta dimana motor–motor yang alami kemogokan bahkan lokasi mengisi di SPBU.

“Lewat layanan ini, para driver mengumpulkan bukti-bukti terkait kualitas BBM di berbagai SPBU, serta mencatat kendaraan yang mengalami kerusakan. Ada beberapa SPBU, ada semua sampelnya dari SPBU-SPBU bermasalah ini kita simpan. Kalau memang diminta untuk dipertemukan, bahkan orang yang menjadi korban kita bisa temukan,” kata Ivan.

“Pertamina bilangnya clear and clean tapi di lapangan kendaraan kita brebet-brebet.

Jangan sampai nanti selesai uji lab, hasilnya tidak ada oplosannya? Terus kami bagaimana? Ngapain kita ngada-ngadain begini? Mending kita Ngojek Pak dari pada begini,” beber Ivan.

Tetapi, jika  memang benar hasil uji laboratorium tersebut hasilnya ada masalah pada BBM, Ivan minta segera disampaikan jujur kepada publik.

Karena diketahui, beberapa hari terakhir Pertamina juga melakukan pengujian setelah menemukan banyaknya fenomena BBM bermasalah pasca mengisi BBM jenis tertentu.

“Jangan malu kalau memang ada masalah, saya yakin Pertamina bekerja maksimal, tapi tolong cari orangnya, tangkap jika ada oknum,” pungkasnya.

Baca Juga:   Antusiasme Masyarakat Meledak Jelang Haul Sekumpul ke-20, Pemberangkatan Jamaah Naik Pesat

Sementara itu, Senior Manager Operation & Maintenance PT Pertamina Patra Niaga, Eko Hernanto mengatakan pihaknya sudah berupaya maksimal menjalankan prosedur sebelum BBM terdistribusi ke SPBU.

Seluruh distribusi BBM telah melalui tahapan uji standar sebanyak 22 parameter sesuai dengan ketentuan Dirjen Migas dan standar internasional.

“Proses rangkaian distribusi mulai penerimaan dari kilang sampai SPBU, semua produk yang siap dijual di SPBU telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik Dirjen Migas maupun standar internasional,” terangnya.

Sejak isu ini mencuat di media sosial, pihaknya juga langsung menelusur rantai distribusi serta menguji ulang BBM di lapangan.

Tapi hingga kini, Pertamina mengaku belum menemukan pelanggaran atau ketidaksesuaian spesifikasi pada produk BBM yang dikirim ke SPBU.

“Pertamina belum dapat data yang cukup juga, apakah penyebab brebet atau kendaraan tersendat ini dari BBM atau benda-benda lain. Kalau dari BBM, Pertamina menyatakan semua yang sampai di SPBU sudah memenuhi standar.” tegasnya.

Pos pengaduan di SPBU Samarinda dan Balikpapan, serta menyediakan kanal pelaporan melalui call center 135.

Namun, Eko kesimpulan lebih jauh, baru bisa bisa dipastikan jika ada bukti fisik yang valid.

Kalau terbukti ada kesalahan dari pihak SPBU atau BBM, maka Pertamina siap bertanggung jawab seperti yang pernah dilakukan di daerah lain.

“Pertamina tidak melepas tanggung jawab dengan kerusakan yang terjadi. Tapi jika bisa dibuktikan bahwa penyebab kerusakan motor adalah memang dari BBM kita yang bermasalah,” kata Eko. (*)