SamarindaTitiknolKaltim

Jalan Penghubung Samarinda-Kukar Putus, Pemprov Kaltim Harusnya Bukan Sebatas Reaktif

73
×

Jalan Penghubung Samarinda-Kukar Putus, Pemprov Kaltim Harusnya Bukan Sebatas Reaktif

Sebarkan artikel ini
JALAN SAMARINDA PUTUS - Jalan HAM Rifaddin yang berada di bilangan Kelurahan Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur pada Senin 12 Mei 2025. Kontan saja kejadian ini memberikan ketidaknyamanan bagi para pengguna jalan raya. Arus lalu-lintas menuju Kota Balikpapan dan Kutai Kartanegara terhambat. 

TITIKNOL.ID, SAMARINDA – Hujan deras membasahi ibukota Kalimantan Timur, Kota Samarinda. Cuaca yang eksterm, intensitas hujan tinggi membuat Kota Samarinda dilanda banjir dan tanah longsor. 

Hal yang paling mencolok, hujan deras dituding sebagai biang keladi putusnya Jalan HAM Rifaddin yang berada di bilangan Kelurahan Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda.

Jalan umum yang sentral ini mengalami amblas pada Senin 12 Mei 2025, kontan saja kejadian ini memberikan ketidaknyamanan bagi para pengguna jalan raya.

Apalagi jalan ini merupakan satu di antara jalur yang menghubungkan tiga daerah, Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kondisi tersebut kemudian membuat respons dari parlemen. Anggota DPRD Kaltim, M. Darlis Pattalongi mendesak pemerintah provinsi agar segera turun tangan. 

Menurutnya, banjir kali ini merupakan dampak dari persoalan sistemik yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan respons darurat.

“Kali ini bukan banjir biasa, hampir seluruh wilayah Samarinda terdampak, termasuk daerah yang di pinggir. Akses jalan seperti di Jalan HAM Rifadin terputus dan hingga kini masih macet. Loa Janan termasuk yang terparah, dapur umum masih aktif di sana,” ujar Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Darlis Pattalongi yang dikutip Titiknol.id pada Kamis (15/5/2025).

Bukan saja karena curah hujan tinggi, banjir juga turut dipicu sistem drainase dan aktivitas pertambangan di kawasan hulu. 

Kota Samarinda berada di jalur aliran air dari berbagai daerah, sehingga wajar jika kota ini menjadi titik rawan banjir.

“Kita tidak bisa hanya menyalahkan cuaca, aktivitas di daerah hulu, terutama tambang, turut memperparah situasi. Debit air yang masuk sangat besar,” ujarnya.

Politisi PAN ini mendesak agar penanganan banjir tidak bisa lagi bersifat reaktif. 

Pemprov Kalimantan Timur juga dimintanya menyusun langkah komprehensif.

Termasuk evaluasi perizinan tambang, perbaikan drainase, dan pembangunan infrastruktur penahan banjir di titik-titik rawan.

Baca Juga:   Kabar Pemindahan ASN ke IKN, 47 Tower Apartemen Rampung April

“Kondisi ini butuh solusi jangka panjang. Kota Samarinda adalah ibu kota provinsi, pusat aktivitas. Harus ada antisipasi luar biasa untuk menghadapi situasi luar biasa,” katanya.

Desakan juga datang dari pemuda setempat bernama Elga Baskian. Ia yang pernah aktif sebagai mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Loa Janan (Hima LJA) dan masih ada di organisasi ini, berujar bahwa kondisi terparah banjir berada di kawasan Perumahan H. Saleh Loa Janan.

“Sejauh ini yang paling parah, kawasan Perum H. Saleh yang tingginya sampai leher orang dewasa, kawasan itu menjadi titik limpahan air dari berbagai titik,” katanya.

Sehingga, potensi paling besar menampung air saat hujan terjadi memang berada di perumahan H. Saleh, dan perlu penanganan serius baik dari Pemerintah Kota maupun Provinsi.

Walikota Samarinda, Andi Harun, diakuinya pernah menjanjikan penanganan banjir untuk kawasan Loa Janan, Kota Samarinda.

Tetapi hingga ini, belum ada pengerjaan bertahap dalam mengatasi permasalahan banjir.

“Tahun 2022 lalu, dijanjikan untuk pemasangan sodetan pengendali banjir, tapi sampai detik ini belum ada terlihat pengerjaannya,” katanya.

Ia mendesak, Pemprov Kalimantan Timur mesti turun tangan dalam menangani banjir di Loa Janan dan wilayah sekitar lainnya.

Tentu, peristiwa putusnya jalan hingga longsor yang terjadi di sejumlah wilayah Samarinda diharap agar pemerintah tergerak untuk segera mengupayakan penanganan jangka panjang.

“Kita harap ada realisasi penanganan jangka panjang, secepatnya kalau bisa. Penanganan sementara juga perlu, mengingat, curah hujan akhir-akhir ini cukup tinggi dan potensi akan ada banjir lanjutan,” kata Elga.

Sudah Miring Betul

Jalan poros Samarinda–Balikpapan tepatnya di kilometer (km) 28 RT 25, Dusun Tani Jaya, Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kian mengkhawatirkan.

Warga setempat yang tak ingin disebutkan namanya, mengirimkan sebuah video memperlihatkan tanah kembali bergerak hingga nampak miring.

Baca Juga:   Sambut Ramadan 1446 H, Grup PT Pertamina Hulu Indonesia Gelar Doa Bersama dan Santunan Anak Yatim-Dhuafa

“Hati–hati yang melintas di km 28, miring betul ini. Kalau di handphone tidak terlalu jelas, tetapi ini miring,” ungkapnya dalam video yang dikirim pada Kamis (15/5/2025).

Dalam video lainnya, warga lain memperlihatkan situasi kemacetan panjang di jalur tersebut.

Kendaraan berat, bus karyawan tambang, mobil pribadi hingga kendaraan roda dua tampak dalam antrian.

“Jadi ini kondisi jalan poros Samarinda–Balikpapan, macet panjang,” sebutnya.

Diketahui, peristiwa pertama tanah bergerak atau longsor terjadi pada Kamis 24 April 2025 lalu.

Terdapat 11 rumah warga dan 1 bangunan masjid terdampak cukup parah akibat pergerakan tanah di sekitar Kilometer 28 jalan poros Samarinda–Balikpapan tersebut.

Tanah bergerak atau tanah longsor yang melanda Desa Batuah km 28 ini juga terus ditangani agar tetap bisa fungsional.

Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker PJN Wil 1 Kaltim, R. Bagus. S, saat dihubungi membenarkan terkait adanya pergerakan tanah kembali di lokasi yang sama terjadi April 2025 lalu.

“Ya (ada pergerakan tanah) tadi sudah ditimbun kembali (dengan tanah), longsor lagi dan perlu penyelidikan pada tanah untuk melihat penyebab runtuh (menurun), sementara bencana alam,” ungkapnya.

Ia juga menekankan terkait pemberian rambu–rambu lalu lintas dan pemberitahuan di sekitar jalan tang mengalami pergerakan tanah atau longsor.

Pihak BBPJN juga akan melakukan mitigasi agar bisa menangani ruas jalan penghubung Samarinda–Balikpapan dan beberapa desa yang masuk wilayah Kutai Kartanegara ini secara permanen.

“Diusahakan fungsional dulu (jalan poros ini), menunggu desain penanganan dari perencana dan alokasi dana,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Penyebab pasti longsor ini masih menjadi tanda tanya. Namun, sejumlah warga menduga aktivitas hauling batu bara dan pengeboran sumur bor di kawasan sekitar menjadi faktor pemicu.

Pasalnya, getaran dan perubahan kontur tanah akibat aktivitas tersebut dirasakan cukup kuat oleh warga dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Juga:   Komisi III Minta Masyarakat Bantu Pemkot Tekan Parkir Liar

Kepala Desa Batuah, Abdul Rasyid, membenarkan adanya kekhawatiran masyarakat tersebut. Ia menyatakan bahwa untuk menghindari spekulasi dan memastikan kebenaran penyebab longsor, pihak desa telah meminta bantuan dari kalangan akademisi.

“Untuk memastikan penyebab longsor, sudah ada Tim Geofisika dari Universitas Mulawarman (Unmul) yang akan melakukan kajian mendalam terhadap kondisi tanah di lokasi terdampak,” ujar Abdul Rasyid, Selasa 29 April 2025.

Menurutnya, tim teknis dari Unmul sudah berada di lapangan dan telah memasang sejumlah alat pemantau pergerakan tanah.

Mereka akan melakukan pengukuran intensif dalam satu hingga dua hari ke depan untuk mendapatkan data akurat.

“Jadi tadi sudah ada tim dari Unmul. Mereka memasang alat untuk mendeteksi pergerakan tanah dan menentukan kondisi geologis wilayah ini. Kita tunggu hasilnya dalam waktu dekat,” tutur Rasyid.

Selain menunggu hasil kajian, pihak pemerintah desa bersama warga juga telah berupaya melakukan langkah-langkah mitigasi sementara.

Warga yang rumahnya terancam roboh telah diarahkan untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

“Untuk relokasi warga, sebenarnya sudah kami usulkan sejak awal. Bahkan sebelumnya, kami sempat mengusulkan agar diberikan bantuan biaya sewa rumah bagi warga yang bersedia pindah sementara ke tempat kos,” kata Abdul Rasyid.

Namun, saat itu warga lebih memilih untuk tetap tinggal di sekitar lokasi, hanya meminta agar disediakan tenda di depan rumah mereka.

“Kami sebenarnya mempertimbangkan keselamatan warga, karena jika mereka tetap tinggal di area rawan dan terjadi runtuhan, resikonya sangat besar,” ucapnya.

Menurut Abdul Rasyid, pemindahan ke lokasi yang lebih aman menjadi hal yang penting, karena kalau hanya berpindah ke depan rumah, tidak menyelesaikan dari ancaman bahaya. (*)