Headline

BBM Pertamina dari Zaman ke Zaman, Pertamax Hilang di Kota Minyak

114
×

BBM Pertamina dari Zaman ke Zaman, Pertamax Hilang di Kota Minyak

Sebarkan artikel ini
ANTRE BBM BALIKPAPAN - Antrean kendaraan saat membeli BBM di SPBU Pertamina, Jalan MT Haryono dekat Grand City Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu 21 Mei 2025 pagi.  Kota Balikpapan yang dijuluki oil city malah terlihat keteteran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini mah ibarat, kambing tumbang di padang rumput, tikus mati di lumbung padi. 

TITIKNOL.ID, BALIKPAPAN – Saat itu, Minggu 18 Mei 2025, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur dilanda kelangkaan bahan bakar minyak non subsidi berupa Pertamax. Momen ini terjadi hingga puncaknya Selasa 20 Mei 2025.

Dan pada Rabu 22 Mei, masih terlihat pemandangan antrean belanja bahan bakar minyak. Sampai-sampai polisi hingga petugas Dishub Balikpapan ikut sibuk, memberi minuman segelas ke warga, mengatur dan mengamankan barisan anteran pembelian BBM di SPBU Pertamina.  

Masuk Jumat 23 Mei 2025, kondisi SPBU sudah kembali ke standarnya, ada antrean kendaraan tapi tidak sampai panjang berkilometer. Antrean hanya di dalam SPBU, berjalan sekitar selemparan batu dari pompa meteran bensin. 

Bicara dari zaman ke zaman, pada era tahun 2000, mencuat isu, digembor-gemborkan masyarakat untuk beralih saja dari bahan bakar subsidi Premium ke Pertalite. 

Lantas sejak banyak yang memakai Pertalite, kini didorong lagi untuk ke Pertamax, produk berkelas racikan Pertamina.  

Tapi lagi-lagi, begitu sudah Pertamax jadi produk favorit masyarakat, kini Pertamax hilang, seakan susah dicari. Minggu 18 Mei 2025, SPBU-SPBU di Kota Balikpapan banyak yang memajang tulisan Pertamax habis, ditaruh di pintu masuk.  

Memakai Pertamax Turbo, itu juga ada syaratnya, kendaraan harus lebih dari 250 cc, jika tidak sesuai tentu saja mesin kendaraan bisa ‘masuk angin.’ 

Gejolak memuncak, warga protes sekaligus geram terhadap pelayanan perusahaan minyak plat merah, Senin 19 Mei stok kosong. Warga Balikpapan kelimpungan, bingung cari bahan bakar, terpaksa ada yang beli di pedagang eceran tapi harganya selangit, ekonomi Balikpapan semakin terjepit. 

Kemudian Pertamina membuat pernyataan, seakan membela diri. Disebut Pertamax di Kota Balikpapan masih tersedia tapi proses distribusi mengalami keterlambatan, lantaran ada lonjakan permintaan di sejumlah SPBU yang identik dengan warna merah putih ini. 

Baca Juga:   Promo Indomaret, Beli 2 Gratis 1 Berlaku hingga 31 Januari 2024

Fakta di lapangan, warga Balikpapan menjerit, bersusah payah membunuh waktu untuk antre panjang di SPBU. Kasihannya lagi, ada ibu-ibu tua hingga muda sambil menggendong memeluk anak, mau rela berjibaku antre mengular demi dapat Pertamax atau Pertalite.

Coba dong, pemerintah usahakan, gelar karpet merah, buka lebar-lebar buat investor, mengadakan SPBU merek lain. Ya barang kali ini bisa jadi solusi untuk atasi kelangkaan BBM berkulitas di Balikpapan kan.  

Aduhai, sekelas kota besar seperti Balikpapan, SPBU hanya ada satu merek saja. Ya mungkin, ini faktor kenapa tidak muncul aura kompetitif, persaingan jualan bensin belum tercipta dan hasilnya tidak maksimal di lapangan, konsumen sering kali dikecewakan, karena tidak ada lagi pilihan.  

Ironi, Balikpapan dijuluki kota minyak tapi warganya pusing tujuh keliling mendapatkan bahan bakar minyak. Padahal tidak minta gratis, harga tinggi sesuai pasar global saja, warga tetap mau membelinya tapi kok langka, kesannya hilang dari radar kehidupan masyarakat Balikpapan. 

Hari ulang tahun Kota Balikpapan saja diambil dari peristiwa penemuan sumur minyak Mathilda pada 10 Februari 1897, tapi sebaliknya sangat kontra.

Di Balikpapan saja ada tempat masak pengolahan bahan bakar minyak, berdiri di dekat pemukiman dan pusat keramaian tapi warganya seolah sukar mendapatkan bahan bakar.

Di Jakarta saja, kota-kota besar lain di Indonesia tidak ada gejolak antrean panjang, rebutan membeli BBM.

Ini lihatlah, Kota Balikpapan yang dijuluki oil city malah terlihat keteteran dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini mah ibarat, kambing tumbang di padang rumput, tikus mati di lumbung padi.

Wahai pemerintah daerah dan Pertamina, selamat bekerja, kritik dan saran yang dilemparkan, anggap saja sebagai jamu, minuman pahit yang dijamin bisa membuat sehat.

Baca Juga:   Pesan Akmal Malik ke ASN di Kaltim pada Musim Pilkada 2024, Hati-hati dalam Bermedia Sosial

Semangat untuk terus berkarya, warga menanti kerja-kerja cerdas dan efektif agar tidak ada lagi kegaduhan dan kerumitan dalam pemenuhan kebutuhan energi minyak di Balikpapan: kubangun, kubela, dan kucinta. (*)