IKN – Sejumlah peneliti dan pemerhati pendidikan melakukan penelitian berkunjung langsung ke sejumlah sekolah di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN).TITIKNOL.ID/HO
TITIKNOL.ID,PENAJAM – Sejumlah peneliti dan pemerhati pendidikan melakukan penelitian berkunjung langsung ke sejumlah sekolah di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN), serta melaksanakan pelatihan kepada guru sejak Senin (22/4/2024) hingga Rabu (24/3/2024), guna menyusun Peta Jalan Pendidikan di IKN.
Adapun peneliti dan pemerhati pendidikan tersebut berasa dari Universitas Negeri Surabaya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Praktisi Vokasi, Balai Guru Penggerak (BPG) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kaltim, perwakilan Inovasi Jakarta dan Tanoto Foundation.
“Penelitian ini untuk kepentingan penyusunan Peta Jalan Pendidikan bagi seluruh jenjang pendidikan di wilayah IKN. Kami nilai ini sangat penting. Harapannya tidak mempersulit kepala sekolah untuk berinovasi.
Apabila diperlukan inovasi itu belum diatur di tingkat nasional sehingga dapat diusulkan dalam Peta Jalan Pendidikan IKN,” ujar Deputi Bidang Sosial, Kebudayaan dan Pemberdayaan Masyarakat (Sosbudpemas) Otorita IKN, Alimuddin saat membuka diskusi, Selasa (23/4/2024) malam di Sepaku.
Ia menyatakan, para peneliti dan pemerhati pendidikan yang melakukan penelitian sepakat, harus dipastikan untuk hubungan guru dengan peserta didik lalu peserta didik dengan orang tua maupun stakeholder yang lainnya.
Namun, ada sebanyak 15 sekolah di wilayah IKN masih wewenangnya masih berada di bawah pemerintah daerah, jadi ada keterbatasan kewenangan Otorita IKN saat ini.
Maka perlu segera pembahasan dan penandatanganan MoU antara Otorita IKN dengan Gubernur Kaltim dan Bupati Penajam Paser Utara serta Bupati Kutai Kartanegara dalam penyelenggaraan kewenangan urusan pendidikan di wilayah IKN.
“Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan penyusunan Peta Jalan Pendidikan di IKN, Selain itu, Otorita IKN, perlu menyediakan guru-guru tamu dari praktisi pada sekolah-sekolah di wilayah IKN. Serta pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen pendidikan,” tukasnya.
Sementara itu, Direktur Pelayanan Dasar Kedeputian Sosbudpemas Otorita IKN, Suwito mengharapkan, hasil penelitian ini pihaknya bisa mendapatkan wawasan mengenai kurikulum jurusan, lalu apakah sarana prasarana perlu dikembangkan, lalu guru apakah bisa dikembangkan kapasitas kualitasnya.
Selain itu, kesimpulan kegiatan penelitian tersebut telah disepakati, bahwa hasil pengisian kuesioner dan survei field study Peta Jalan Pendidikan di IKN, perlu segera diolah dan dianalisis untuk memperoleh gambaran detail pentahapan.
“Setelah selesai makan penyusunan Peta Jalan Pendidikan IKN dan dilakukan konsultasi ke publik untuk mendapatkan saran masukan dari pemangku kepentingan,” terangnya.
Pada kesempatan itu, Merryen Silalahi peneliti dari Tanoto Foundation membeberkan, hasil kunjungannya ke SDN 020 Sepaku, nampak kondisi lingkungan sangat berisik karena dekat proyek pembangunan IKN, sudah ada rencana relokasi ke lokasi yang lebih kondusif untuk pembelajaran.
Namun Otorita IKN bekerjasama dengan Astra telah membangunkan sekolah baru dengan lokasi lebih baik dari sekarang.
“Di SDN 020 ini memang sudah menerapkan kurikulum Merdeka Belajar, tetapi masih ada sebagian kelas masih menggunakan Kurikulum 2013,” akunya.
Senada dengannya, Prof. Yuni Sri Rahayu perwakilan dari Universitas Negeri Surabaya menambahkan untuk di SMKN 1 Sepaku, pihaknya akan segera mengolah hasil pengisian kuesioner, namun kompetensi guru sudah baik dan proses pembelajaran menggunakan berbagai media pembelajaran.
Meskipun sarana dan prasarana sekolah untuk pembelajaran sudah relatif baik, tambahnya, namun perlu continued improvement dalam manajemen pembelajaran. Lulusannya juga terkendala sertifikasi kompetensi, perlu pengembangan paket modul sesuai kompetensi;
“Sekolah ini juga perlu mendapatkan pendampingan untuk mengeluarkan ide kreatif dalam proses pembelajaran, selain masih terbatasnya ketersediaan air bersih di sekolah itu,” imbuhnya.
Pada kesempatan sama Kepala BGP Kaltim, Wiwik Setiawati yang melakukan penilitian di SMPN 2 Kecamatan Samboja Kutai Kartanegara menyatakan, kondisi sarana dan prasarana di sekolah itu sangat memprihatinkan, meja dan kursi siswa sangat tidak layak.
Ada bantuan meja kursi dari Pemkab Kutai Kartanegara, tapi belum boleh dimanfaatkan karena harus dirakit oleh pihak penyedia yang ditunjuk.
Selain itu, pemahaman Kepala Sekolah dan guru terhadap peraturan, standar dan kurikulum pembelajaran masih lemah. Instrumen pembelajaran pun belum disiapkan dengan baik oleh guru pengajar.
“Sekolah itu memang menggunakan Kurikulum Merdeka Belajar secara formal akan tetapi masih menggunakan cara pembelajaran yang lama. Pemanfaatan PMM juga belum maksimal. Sedangkan bantuan chromebook belum dimanfaatkan karena menunggu teknisi dari google,” sebutnya.
Handoko dari perwakilan Inovasi Jakarta yang melakukan penelitian di SDN 023 Kecamatan Loa Kulu, Kukar mengungkapkan, Sekolah ini melayani murid dari warga transmigran asali Temanggung Jawa Tengah dan warga suku Dayak, tetapi tidak memiliki Kepala Sekolah hanya pelaksana tugas saja.
“Proses pembelajaran menarik meski menggunakan metode yang masih lama yakni K-13, memang pernah ada sosialisasi Kurikulum Merdeka Belajar, tapi tidak ada tindak lanjut pendampingan,” ucapnya.
Gogot Suharwoto perwakilan Kemendikbud Ristek mengatakan, permasalahan guru penggerak yang jarang di sekolah perlu dicarikan solusi agar pelatihan hanya dilaksanakan pada saat libur sekolah saja.
“Apalagi setiap kabupaten atau kota telah memiliki pusat pelatihan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. penyediaan Chromebook perlu akselerasi dengan pihak Google dan Bakti Telkom.
Kurikulum Merdeka Belajar perlu percepatan pemahaman oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan, terutama di sekolah,” pungkasnya. (*)