Berita

Hotel di Jepang Tolak Tamu Israel, Wajib Tanda Tangan Anti Kejahatan Perang

47
×

Hotel di Jepang Tolak Tamu Israel, Wajib Tanda Tangan Anti Kejahatan Perang

Sebarkan artikel ini
ANTI MILITER PERANG - Foto ilustrasi kampanye hentikan operasi militer untuk kedamaian dunia. Sebuah hotel di Jepang memicu kontroversi usai meminta tamu asal Israel menandatangani surat pernyataan yang menyatakan mereka tidak terlibat dalam kejahatan perang. (Meta Ai)

TITIKNOL.ID, KYOTO – Sebuah hotel di Jepang memicu kontroversi usai meminta tamu asal Israel menandatangani surat pernyataan yang menyatakan mereka tidak terlibat dalam kejahatan perang.

Sebuah hotel di Kyoto, Jepang, meminta tamunya yang berasal dari Israel untuk menandatangani pernyataan bahwa ia tidak terlibat dalam kejahatan perang.

Mengutip Roya News, turis Israel tersebut menginap di Wind Villa Hotel.

Saat akan melakukan check-in, tamu itu disodori formulir yang berisi sejumlah pernyataan, termasuk tidak menyerang warga sipil, tidak menyiksa tawanan perang, serta tidak melakukan kekerasan seksual.

Menurut media Israel Yedioth Ahronoth, pihak hotel menjelaskan bahwa kebijakan tersebut berlaku bagi tamu asal Israel maupun Rusia.

Turis tersebut awalnya menolak menandatangani formulir dengan alasan ingin menjauh dari urusan politik.

Namun, ia akhirnya setuju untuk menandatangani pernyataan tersebut.

Ia mengatakan bahwa dirinya tidak menyembunyikan apa pun dan tidak ingin menimbulkan masalah.

Turis tersebut kemudian menghubungi Duta Besar Israel untuk Jepang, Gilad Cohen, yang selanjutnya mengirim surat kepada Gubernur Kyoto, Takatoshi Nishiwaki.

Duta Besar Sampaikan Protes

Gubernur Nishiwaki mengonfirmasi bahwa penyelidikan resmi telah diluncurkan terhadap tindakan hotel tersebut.

Menanggapi hal ini, Duta Besar Israel untuk Jepang menyampaikan protes resmi dan menuntut klarifikasi serta permintaan maaf dari pihak hotel.

Pihak manajemen hotel kemudian buka suara mengenai kebijakan itu.

Pihak hotel beralasan, mereka tidak ingin terlibat secara tidak langsung dalam isu yang bisa dianggap mendukung tindak kejahatan perang. Oleh karena itu, mereka memberlakukan kebijakan tambahan bagi tamu asal Israel sebagai bentuk pencegahan.

Manajer hotel menjelaskan bahwa karena adanya kewajiban wajib militer di Israel, sulit untuk memastikan apakah warga Israel muda terlibat dalam agresi militer yang sedang berlangsung di Gaza.

Baca Juga:   DLH PPU Dorong Desa di Penajam Paser Utara Bangun TPS3R

“Saya tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang konyol. Di negara Anda ada wajib militer. Sejak Israel melancarkan operasi militer di Gaza pada Oktober 2023, kami tidak tahu siapa saja yang mungkin terlibat, karena warga Israel muda diwajibkan bertugas di militer,” ujar manajer hotel kepada Ynet.

“Kami tidak bisa membeda-bedakan tamu kami. Namun demikian, kami merasa berhak untuk mengetahui siapa yang kami terima di hotel kami.”

“Langkah ini juga dimaksudkan untuk menjamin keselamatan kami.”

“Bagi kami, perang adalah sesuatu yang jauh. Kami tidak pernah bertemu orang yang membunuh wanita dan anak-anak atau mengebom sekolah.”

“Itu di luar imajinasi. Ini adalah keputusan pribadi saya untuk memberlakukan formulir tersebut demi menjamin keamanan kami.”

“Kami tidak melanggar undang-undang bisnis perhotelan mana pun di Jepang.”

“Seorang pejabat kota telah mengunjungi hotel kami, melakukan penyelidikan, dan mengajukan beberapa pertanyaan. Saya telah menjawab semuanya.”

“Saya yakin kami tidak melanggar hukum apa pun.”

Langkah hotel tersebut menuai reaksi beragam, sebagian masyarakat menyebutnya sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, namun tak sedikit pula yang menilai tindakan itu diskriminatif.

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari otoritas Jepang mengenai kebijakan hotel tersebut.

Sementara itu, lebih dari 52.000 orang dilaporkan tewas di Jalur Gaza sejak pecahnya perang antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023.

Sebanyak 118.000 orang lainnya terluka, dan mayoritas warga Gaza terpaksa mengungsi serta mengalami kelaparan akibat blokade Israel. (*)