Pihak Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dan panik. Untuk saat ini cacar monyet belum menyebar di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.
TITIKNOL.ID, TARAKAN – Dikabarkan ada warga di Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara yang suspek cacar monyet atau monkey pox. Pihak Dinas Kesehatan bereaksi, langsung menindaklanjuti.
Di antaranya melakukan uji pemeriksaan secara mendalam, untuk memastikan apakah benar mengidap cacar monyet atau tidak, sebab jenis penyakit ini dikategorikan menular.
Singkat cerita, hasil pemeriksaan satu sampel suspek Monkeypox (Mpox) telah keluar.
Demikian dibeberkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan, dr. Devi Ika Indriarti pada Senin 16 September 2024.
Dia mengungkapkan, hasil uji laboratorium terhadap satu pasien suspek cacar monyet dinyatakan negatif.
“Hasil laboratorium terhadap satu pasien yang suspek cacar monyet kemarin adalah negatif,” ungkap dr. Devi.
Pihak Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dan panik. Untuk saat ini cacar monyet belum menyebar di Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.
“Kami imbau masyarakat tidak usah panik dan khawatir karena hasil pemeriksaan terhadap pasien suspek cacar monyet tersebut adalah negatif,” ungkap Devi.
Untuk sampel diperiksa kemarin tidak dirilis resmi, karena masih berstatus suspek.
Definisi suspek sendiri adalah belum tentu hasilnya positif dan masih perlu pembuktian lewat uji laboratorium.
“Suspek itu belum berarti dia positif cacar monyet, namun suspek itu menunjukkan ciri-cirinya seperti cacar monyet sehingga perlu dipastikan apakah yang bersangkutan itu terjangkit virus cacar monyet atau tidak,” beber dr. Devi.
Setelah menunggu kurang lebih dua pekan, satu sampel suspek tersebut dinyatakan hasilnya pasien hanya menderita cacar biasa.
Satu orang suspek itu diketahui sebelumnya pernah bepergian dari suatu wilayah. Meski demikian pihaknya kemarin tidak mendetailkan wilayah asal bepergian pasien suspek tersebut.
“Dan langkah yang kami kemarin, sebagai pencegahan jangan sampai masuk ke Tarakan, maka ketika ada suspek diperiksa sampelnya, dikirim dan dilakukan perawatan untuk memperbaiki keadaannya,” terang dr.Devi.
Kemudian pihaknya tidak didetailkan informasi tersebut. Tujuannya untuk menghindari stigma di masyarakat yang belum siap menerima informasi Mpox.
“Jadi kami sampaikan kemarin terduga, suspek. Kami sampaikan ke masyarakat, sekarang eranya sosmed. Hati-hati menerima berita. Jangan menelan mentah-mentah kemudian menjauhi orang yang belum tentu positif, padahal masih terduga tapi dijauhi,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya tetap melakukan langkah kewaspadaan dini dan semua prosedur sudah dijalankan. Pengobatan kepada pasien juga sudah dilakukan termasuk sosialisasi.
“Jadi kemarin satu sampel diperiksa. Ciri-cirinya sama seperti cacar. Cuma kan, bentuknya beda. Lebih besar dari cacar, ada perbedaannya,” ungkap Devi.
Tapi tidak menutup kemungkinan juga itu cacar biasa karena virus kan itu, bisa berbeda bentuk pada orang, zaman dulu beda bisa bentuk bitnik kecil ada airnya.
“Sekarang ada cacar dengan korengnya atau lukanya lebih lebar. Makanya saat ditemukan langsung diperiksa sampelnya,” beber Devi.
Ia menegaskan lagi Mpox awalnya adalah penularan dari monyet ke monyet dan belakangan berkembang dari manusia ke manusia. Perkembangan penyakit ini, masyarakat harus tetap waspada.
“Tidak menutup kemungkinan pasti masih ada lagi virus baru. Apalagi dengan bebasnya bepergian keluar negeri, ke kota lain tetap waspada, menjaga diri. Kalau sakit jangan keluar rumah. Karena daya tahannya turun, mudah terkena penyakit. Penyakit kan ada di mana-mana,” katanya. (*)