TITIKNOL.ID, TARAKAN – Rumah Produksi Tenun Pakis Kalimantan Utara yang berada di Kota Tarakan tepatnya di Jalan Pulau Bunyu, Kelurahan Kampung Satu Skip, Provinsi Kalimantan Utara telah berdiri sejak tahun 2018.
Kini, usaha yang dirintis Yohanes Suyanto itu mulai perlahan mengembangkan produksi sampai ke mancanegara.
Produknya sendiri bisa berupa kain, tas, pouch, bantal, pakaian yang didesain, kemeja, sesingal, figura dan desain dinding serta masih banyak lagi.
Yohanes saat ini mempekerjakan kurang lebih 18 orang.
Masing-masing memiliki tugas melaksanakan pengerjaan tahap per tahap dalam proses produksi tenun pakis Kalimantan Utara.
Lokasi tepatnya rumah produksi ini berada di RT 5 Jalan Pulau Bunyu Kelurahan Kampung Satu Skip Kota Tarakan, Gang Timur Kota Tarakan.
Meski demikian sebenarnya, rumah produksi ini belum paten menjadi kepemilikan dirinya bersama para karyawannya.
Itu adalah rumah milik saudaranya, Elizabeth yang bersedia menjadikan rumah tempat tinggal sekaligus rumah produksi.
“Kami belum memiliki rumah produksi utuh dan paten. Seandainya sudah ada, kami pasti akan rekrut lebih banyak tenaga kerja karena di sini banyak peluang kerja, dari semua umur, sebenarnya target saya kalau bisa sampai 50 karyawan,” harapnya.
Sebenarnya, penamaan awalnya adalah PT Tenun Lima Permata. Namun karena terus berkembang, ditambah intervensi bantuan dari pemerintah baik pusat, provinsi dan level kota, hingga menjadi juga binaan dari Bank Indonesia, akhirnya berubah nama menjadi PT Tenun Pakis Kaltara.
Diberi PT karena orientasi pada produk unggulan, bermuara pada ekspor keluar negeri.
Diketahui, Rumah Produksi Tenun Pakis Kaltara sudah merambah sampai pasar ASEAN seperti Thailand, dan Malaysia juga sampai ke Amerika.
Yohanes mengungkapkan, dari sisi prestasi, Rumah Produksi yang digarapnya selain pasar ASEAN juga sudah merambah ke Amerika.
Prestasi yang diperoleh, pernah menjadi tiga besar di ajang yang diselenggarakan seprovinsi Kalimantan Utara, masuk 10 besar tingkat nasional termasuk menjadi narasumber bincang bicara di tingkat nasional pada 2024 kemarin di Solo.
Dari sisi struktur organisasi ada satu pimpinn merangkap sebagai perancang dan planning serta kepala produksi dan juga ada anggota produksi dan anggota pewarna serta anggota penenun.
Dalam satu bulan, rumah produksi bisa menghasilkan sampai 200 lembar kain dengan berbagai macam ukuran.
Ada ukuran 3 meter x 80 sentimeter sebanyak 50 lembar, kemudian ukuran 1,5 meter dikali 80 sentimeter bisa sampai 50 lembar, dan ada juga ukuran panjang 20 sentimeter x 1,5 meter.
“Dulu sebelum Covid-19 kami memiliki 15 pekerja, pasca Covid, kami rekrut sampai 20 orang. Dibagi, di bagian tenun 5 orang, bagian penggulung 4 orang, bagian pembuat motif 4 orang, pewarna 2 orang dan satu orang transportasi,” ujarnya.
Dari sisi omzet sendiri, lanjut Yohanes, sebulan bisa mencapai Rp40 juta sampai Rp50 juta.
Per lembarnya sendiri misalnya termahal Rp2 juta, kemudian ukuran sedang dan kecil Rp 1,2 juta, kemudian ukuran kecil Rp800 ribu, kemudian ukuran terkecil Rp300 ribu, Rp250 ribu dan juga ada Rp50 ribu.
Yohanes mengungkapkan mengapa harga kain tenun itu cukup mahal karena memang proses pembuatannya bisa memakan waktu satu bulan.
Untuk menenun sendiri di tahap ini membutuhkan waktu 5 jam sampai 6 jam baru bisa menghasilkan satu lembar kain. Itupun jika dikebut oleh para penenun yang punya keahlian.
“Yang membuat mahal karena masing tahap ada tingkat kesulitan. Kesulitan membuat motif, kesulitan mengangkat warna, karena kita olah warna alam dari ramah lingkungan. Di situ diperhitungkan, jadi semua terkaver dengan harga yang dipatok,” paparnya.
Proses penggulungan sampai proses menenun bisa menghabiskan waktu sampai sebulan lamanya.
Untuk penggulungan benang bisa tiga hari, pembentangan benang satu minggu, pembuatan motif satu minggu, dan pembuatan warna tiga hari, dan kemudian penenunan bisa sampai lima hari.
Menjaga Warisan Nusantara
Untuk kain tenun di Tarakan, kehadirannya mengangkat kekhasan kearifan lokal yang ada.
Kemudian menggali kemampuan SDM di Tarakan dan Kalimantan Utara termasuk menampilkan keunikan dan menjaga agar warisan nusantara jangan sampai hilang.
“Tenun ini warisan secara menyeluruh Nusantara, ada semua di seluruh Indonesia tidak hanya satu daerah. Kalau motif paling digemari rata-rata semua didominasi digemari, tapi memang kurang produksinya,” ujarnya.
Ke depan ia menargetkan jika ada rumah produksi menetap tentu akan diperluas. Jika ada rumah produksi paten, tenaga kerja akan direkrut sebanyak-banyaknya. Ia menargetkan 50 karyawan memproduksi bisa sampai 300 lembar.
Dari sisi bantuan pemerintah, di awal berdiri sudah ada bantuan dari Pemkot Tarakan saat peresmian ada fasilitasi bantuan mesin jahit dan mesin obras, kemudian support Pemprov Kalimantan Utara, dalam bentuk etalase, termasuk pelatihan.
“Dari Kementerian Perdagangan dan Perindustrian pusat sudah dua kali damping kami, selama tiga bulan tahap pertama dan tahap kedua seminggu. Peran serta pemerintah luar biasa, satu kesatuan tak bisa dipisahkan dari pemkot, pemprov dan pempus,” ujarnya. (*)